...

Dilahirkan di pertemuan Sungai Perak dengan Selat Melaka. Dibesarkan di tanah bendang yang terkenal dengan metos terbangnya parang panjang sewaktu Jepun menyerah dan Bintang Tiga bermaharajalela. Berkhidmat di tanah tempat tumpahnya darah dan hilangnya nyawa J.W.W. Birch. Suatu ketika, berlayar keluar dari tanah kelahiran dan kemegahan ke bumi Hamlet. Bukan untuk mencari Romeo & Juliet atau Mozart tetapi meniti jambatan hikmah yang masih ada tertinggal. Kini kembali ke lubuk permainannya. Berkat doa semua, memperolehi PhD dari University of Wales Trinity St. David, Lampeter dalam bidang kepimpinan politik. Ijazah pertama dalam bidang geografi di UM dan MA. dalam Sc. Pol. di UKM. Sempat juga memperolehi Dip. Pendidikan di UIA. Awalnya ingin menjadi guru tiba-tiba beralih menjadi Si Jebat yang mencabar metos kedaulatan sang penguasa. muhaiminsulam@gmail.com

Sunday, 19 June 2011

Seorang Tua....

Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api adalah sebuah sajak yang didedikasikan untuk mengenang peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi di Kota Bandung pada tahun 1946.

Oleh : W.S. Rendra

Bagaimana mungkin kita bernegara
Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya
Bagaimana mungkin kita berbangsa
Bila tidak mampu mempertahankan kepastian hidup
bersama ?
Itulah sebabnya
Kami tidak ikhlas
menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
sehingga menjadi lautan api
Kini batinku kembali mengenang
udara panas yang bergetar dan menggelombang,
bau asap, bau keringat
suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan kaki
langit berwarna kesumba
Kami berlaga
memperjuangkan kelayakan hidup umat manusia.
Kedaulatan hidup bersama adalah sumber keadilan merata
yang bisa dialami dengan nyata
Mana mungkin itu bisa terjadi
di dalam penindasan dan penjajahan
Manusia mana
Akan membiarkan keturunannya hidup
tanpa jaminan kepastian ?

Hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah
Hidup yang diperkembangkan
dan hidup yang dipertahankan
Itulah sebabnya kami melawan penindasan
Kota Bandung berkobar menyala-nyala tapi kedaulatan
bangsa tetap terjaga

Kini aku sudah tua
Aku terjaga dari tidurku
di tengah malam di pegunungan
Bau apakah yang tercium olehku ?

Apakah ini bau asam medan laga tempo dulu
yang dibawa oleh mimpi kepadaku ?
Ataukah ini bau limbah pencemaran ?

Gemuruh apakah yang aku dengar ini ?
Apakah ini deru perjuangan masa silam
di tanah periangan ?
Ataukah gaduh hidup yang rusuh
karena dikhianati dewa keadilan.
Aku terkesiap. Sukmaku gagap. Apakah aku
dibangunkan oleh mimpi ?
Apakah aku tersentak
Oleh satu isyarat kehidupan ?
Di dalam kesunyian malam
Aku menyeru-nyeru kamu, putera-puteriku !
Apakah yang terjadi ?

Darah teman-temanku
Telah tumpah di Sukakarsa
Di Dayeuh Kolot
Di Kiara Condong
Di setiap jejak medan laga. Kini
Kami tersentak,
Terbangun bersama.
Putera-puteriku, apakah yang terjadi?
Apakah kamu bisa menjawab pertanyaan kami ?

Wahai teman-teman seperjuanganku yang dulu,
Apakah kita masih sama-sama setia
Membela keadilan hidup bersama

Manusia dari setiap angkatan bangsa
Akan mengalami saat tiba-tiba terjaga
Tersentak dalam kesendirian malam yang sunyi
Dan menghadapi pertanyaan jaman :
Apakah yang terjadi ?
Apakah yang telah kamu lakukan ?
Apakah yang sedang kamu lakukan ?
Dan, ya, hidup kita yang fana akan mempunyai makna
Dari jawaban yang kita berikan.

Sajak-sajak : Rendra, Sutardji Calzoum Bachri pada Hari Kebangkitan Nasional 1990.

1 comment:

mantaro said...

Syabas sang doktor,memikul amanah..meranap impian umnoporno.apabila sang doktor memikul amanah..rakyat marhaen tahu jahatnya sang penguasa.